!...Just click for join my Pinterest

 Link Collider - Best SEO Booster

Ini Bukan Spam, Silahkan Klik untuk Info Selengkapnya




Welcome to Nursingscience-2008.blogspot.com

Bronkiolitis

Definisi

Bronkiolitis adalah gangguan dari saluran napas bagian bawah yang secara umum banyak terjadi pada anak usia muda (kurang dari 2 tahun dengan insiden tertinggi sekitar usia 6 bulan) yang disebabkan oleh infeksi virus musiman seperti respiratory syncytial virus (RSV). 

RSV merupakan virus yang banyak ditemukan pada kasus infeksi saluran napas bagian bawah pada anak usia bayi dan pra sekolah. Virus RSV merupakan jenis Pneumovirus, sub famili dari Paramyxoviridae. Terhitung sekitar 50% sampai 90% dari kasus penyakit Bronkiolitis pada bayi terjadi karena infeksi oleh respiratory syncytial virus RSV. Pada kasus lain, bronkiolitis juga disebabkan oleh infeksi virus parainfluenza tipe 3, influenza, dan human metapneumovirus (HMPV). HMPV diperkirakan menjadi penyebab dari 3% sampai 19% dari kasus bronkiolitis. Patofisiologi dari HMPV dan RSV memiliki beberapa persamaan yaitu sama-sama menginfeksi banyak anak selama musim dingin dan dari infeksi tersebut berkembang menjadi penyakit bronkiolitis. Virus dapat menyebar lewat droplet; cairan dari batuk atau bersin seseorang yang telah terinfeksi, dan terhirup oleh anak, atau terkena lewat butiran droplet yang jatuh pada mainan atau benda lain yang dipegang anak.Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko anak terkena bronkiolitis, yaitu: (1) hanya diberikan ASI kurang dari 2 bulan atau tidak sama sekali dan (2) terpapar asap rokok. Adapun beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko dan memperburuk penyakit bronkiolitis pada anak, yaitu: (1) anak berusia 2 tahun kebawah, (2) memiliki kelainan kongenital pada hati, dan (3) memiliki gangguan pada paru akibat lahir prematur.

Patofisiologi Bronkiolitis

Masa inkubasi dari RSV adalah sekitar 5 hari. RSV masuk lewat saluran napas bagian atas, lalu bereplikasi pada nasofaring sampai jumlahnya cukup untuk menginfeksi (sekitar 106) lalu menyebar ke saluran napas bagian bawah lewat sel epitel dan aspirasi dari sekresi nasofaring. RSV dapat menyebar dari sel ke sel tanpa terdeteksi. Sel yang terinfeksi RSV pada mulanya terlihat normal dan sehat sampai kira-kira pada hari kelima mulai timbul tanda-tanda kerusakan pada sel akibat proses infeksi oleh virus RSV, yang dikenal dengan syncytia

Pada bayi, tanda-tanda gangguan pada saluran napas bagian bawah dapat timbul seperti takipnu, wheezing, rales, juga biasa muncul pada hari pertama sampai hari ketiga setelah serangan pada bagian hidung; rhinorrhea, yang menggambarkan penyebaran virus pada bagian bronkus dan bronkiolus. Beberapa penelitian telah mengemukakan bahwa penyebaran infeksi virus akan berhenti bertepatan dengan aktivitas sekresi imunoglobulin A (IgA), dan proses pemulihan kondisi tubuh mulai berjalan.


Manifestasi Klinis Bronkiolitis 

Gejala bronkiolitis pada anak biasanya memburuk selama beberapa hari pertama, seperti: Batuk kering, takipnu atau wheezing, tidak napsu makan, kurang tidur, muntah setelah makan, dan anak tampak gelisah. Beberapa gejala pada beberapa hari pertama dapat berkembang dan memburuk, sehingga perlu pertolongan medis, seperti: kesulitan bernapas, makan hanya setengah dari porsi biasanya pada saat anak sehat, jam tidur kurang dari 12 jam atau lebih, RR 50 – 60 kali per menit, suhu tubuh 380C (100,4oF) atau lebih, terlihat lelah dan gelisah

Terapi Pengobatan pada Anak dengan Bronkiolitis

Pada banyak kasus bronkiolitis, penyakit ini merupakan penyakit yang ringan dan akan membaik tanpa terapi pengobatan yang spesifik dalam waktu 2 minggu. pada sebagian kecil kasus, gejala yang timbul pada anak bisa berlangsung sampai 4 minggu.
Terapi pengobatan di rumahJaga anak tetap berada di rumah sampai kondisi membaik untuk mencegah penularan. Posisikan anak untuk selalu tegak;kepala berada diatas, untuk mempermudah jalan napas dan pada saat anak makan. Pada saat tidur, posisikan anak dengan kepala sedikit lebih tinggi, dengan menggunakan sesuatu seperti bantal atau selimut yang digulung. Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi. Jaga kondisi udara didalam ruangan tetap lembab untuk membantu anak bersin atau batuk dengan mudah. Udara dalam ruangan yang panas akan membuat udara dalam ruangan keluar. Hindari asap rokok dari anak-anak. Beri Paracetamol atau Ibuprofen untuk menurunkan demam pada anak.
Terapi pengobatan di rumah sakit Beberapa anak perlu dirawat ke rumah sakit jika anak tidak mendapatkan cukup oksigen dalam darah karena kesulitan bernapas, atau anak tidak mendapatkan cukup nutrisi dan air. Anak dengan riwayat lahir prematur lebih beresiko menderita bronkiolitis yang lebih buruk dan harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Anak akan dipantau terus keadaannya, diberikan tambahan oksigen lewat masker atau selang nasal untuk mencukup kebutuhan oksigennya. Penggunaan nasal suction juga diberikan apabila hidung anak tersumbat oleh mukus yang menumpuk pada hidung. Jika anak mengalami kesulitan makan, anak akan diberi makanan lewat selang makan atau yang lebih dikenal dengan NGT.

Tindakan Pencegahan terhadap Bronkiolitis 

Penyebaran virus yang menyebabkan bronkiolitis ini sangat umum dan cepat penyebarannya, sehingga tindakan pencegahan tidak dapat mencegah secara menyeluruh. Namun, beberapa langkah dapat mengurangi resiko dari penyebaran infeksi, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Menutup hidung dan mulut anak saat mereka batuk atau bersin.Segera membuang tisu yang digunakan untuk menutup hidung dan mulut anak pada saat bersin dan batuk.
  2. Mencuci tangan secara berkala, terutama saat menyentuh hidung dan mulut anak, atau setelah makan.
  3. Mencuci dan mengelap mainan yang telah digunakan anak
  4. Menjaga anak untuk tetap berada di dalam rumah sampai gejala membaik.
  5. Melindungi bayi(terutama bayi yang baru lahir) dari orang-orang yang sedang mengalami flu atau demam, terutama pada dua bulan pertama, atau jika bayi lahir prematur (kurang dari 37 minggu masa kehamilan).
  6. Berhenti merokok. Bayi yang menghirup asap rokok secara pasif lebih rentan mengidap bronkiolitis.


Simpulan 

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 

  1. Bronkiolitis adalah gangguan dari saluran napas bagian bawah yang secara umum banyak terjadi pada anak usia muda yang disebabkan oleh infeksi virus. 
  2. Penyebab dari bronkiolitis adalah infeksi oleh virus respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza tipe 3, influenza, dan human metapneumovirus (HMPV). 
  3. Manifestasi klinis dari penyakit bronkiolitis adalah virus menginfeksi dan menginkubasi selama 5 hari didalam saluran napas bagian atas sampai jumlahnya cukup untuk menginfeksi, kemudian menyebar lewat sel epitel saluran napas menuju saluran napas bagian bawah. 
  4. Manifestasi klinis yang biasanya ditemukan pada anak dengan bronkiolitis adalah batuk kering, takipnu, tidak napsu makan, tampak gelisah, dan suhu tubuh meningkat. 
  5. Terapi pengobatan anak dengan bronkiolitis dibagi menjadi dua, yaitu terapi pengobatan di rumah; seperti menjaga anak untuk tetap berada di dalam rumah, menjaga postur tubuh anak agar kepala selalu berada diatas dan lebih tinggi, minum banyak air, menjaga kelembaban udara, menghindari asap rokok, dan meminum obat paracetamol dan ibuprofen apabila anak demam. Dan perawatan di rumah sakit apabila anak membutuhkan pertolongan khusus; seperti kecukupan oksigen, nutrisi, dan nasal suction apabila hidung anak tersumbat akibat penumpukan mukus. 
  6. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga agar tidak terjadi penularan baik dengan kontak langsung atau secara air borne. 

Saran 

Kepada orangtua untuk selalu menjaga kondisi lingkungan anak, mencukupi nutrisi, aktivitas fisik, dan membangun psikis anak dengan baik, sehingga terbentuk daya tahan tubuh yang baik, sehingga anak dapat terhindar dari penyakit akibat infeksi virus. 






DAFTAR PUSTAKA 

Sumber Buku 

Anderson, M. James. 2010. Management of forst time episode Bronchiolitis in infants less than 1 year of age dalam Evidence-Based Care Guideline. Cincinnati Children’s Hospital Medical Center. 

Arief Mansjoer, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 

Barker, F. Alan, William N. Rom. 2014. Obliterative Bronchiolitis dalam The New England Journal of Medicine N ENG J MED 370;19. Massachusetts Medical Society. 

Domachowske, B. Joseph, Helene F. Rosenberg. 1999. Respiratory Syncytial Virus Infection: Immune Response, Immunopathogenesis, and Treatment dalam Clinical Microbiology Review Volume 12. State University of New York Health Science Center Syracuse New York, National Institutes of Health Bethesda Maryland. 

Gajdos, Vincent, et. al. 2010. Effectiveness of Chest Physiotherapy in Infants Hospitalized with Acute Bronchiolitis: A Multicenter, Randomized, Controlled Trial dalam PLoS Medicine volume 7 e1000345. PLoS Medicine. 

Hall, Breese, Caroline, et. al. 2009. The Burden of Respiratory Syncytial Virus Infection in Young Children dalam The New England Journal of Medicine N ENGL J MED 360;6. Massachusetts Medical Society. 

Short, Rendle, John, O.P.Gray, J.A.Dodge. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Jilid 1 Ed.6. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 

Zorc, J. Joseph, Caroline Breese Hall. 2010. Bronchiolitis: Recent Evidence on Diagnosis and Management dalam PEDIATRIC DOI: 10.1542/peds.2009-2092. American Academy of Pediatrics. 


Sumber Internet NHS Choices. 2014. Overview Bronchiolitis. http://www.nhs.uk/Conditions/Bronchiolitis/ Pages/Introduction.aspx. Diakses tanggal 24 September 2014.
Previous
Next Post »