!...Just click for join my Pinterest

 Link Collider - Best SEO Booster

Ini Bukan Spam, Silahkan Klik untuk Info Selengkapnya




Welcome to Nursingscience-2008.blogspot.com

RADIASI PENGION DAN RESIKO KANKER TERHADAP MANUSIA

RADIASI PENGION DAN RESIKO KANKER TERHADAP MANUSIA

Dipublikasi oleh :
Iin Kurnia
Patobiologi PPPS - Biomedik Universitas Indonesia

PENDAHULUAN


Radiasi pengion bagaikan 2 mata pedang. Artinya disatu sisi, radiasi ini bermanfaat bagi kesejehteraan umat manusia seperti penggunaannya dalam bidang kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan terhadap kanker. Di sisi lain ada kekhwatiran masyarakat terhadap lokasi penyimpanan limbah nuklir dan keamanan reaktor nuklir yang mempunyai potensi bahaya terhadap radiasi pengion yang berasal dari penggunaan tenaga nuklir. Radiasi pengion dapat dibedakan atas 2 bentuk yakni (1) bentuk gelombang elektromagnetik yang terdiri dari sinar γ (gamma) dan sinar-X serta (2) bentuk partikel berenergi tinggi seperti netron dan partikel bermuatan α (alfa), β (beta) dan proton. Sinar γ, n, proton dan β energi tinggi dapat menimbulkan dampak negatif pada manusia melalui paparan radiasi dari luar tubuh (radiasi eksterna) sedangkan, sumber-sumber pemancar α dan β akan memberikan dampak pada tubuh apabila bahan-bahan yang bersifat radioaktif itu masuk ke dalam tubuh manusia (radiasi interna). Seluruh bentuk radiasi pengion memapari manusia dengan cara memancarkan energi yang dapat melepaskan elektron dari molekul atau atom pada sel manusia sehingga terjadinya ionisasi yang dapat menimbulkan kerusakan secara sementara atau permanen pada sel yang terkena radiasi tersebut. Ada dua teori yang menyatakan tentang pengaruh radiasi pengion terhadap sistem biologik manusia. Yang pertama adalah teori target yang menyatakan bahwa energi radiasi langsung menyerang molekul dalam sel dengan cara 1 kali pancaran terhadap 1 sel ( syle hit single target ), 1 atau beberapa kali pancaran terhadap sejumlah sel atau satu sel. Bagaimanapun yang menjadi sasaran utama pada sel adalah DNA(dioxyribonucleic acid ). 

Sedangkan teori kedua adalah energi radiasi terlebih dulu membentuk radikal bebas berantai yang akhirnya dapat merusak komponen penting membran sel, asam nukleat dan yang paling penting adalah sistem enzim, dengan cara ini radiasi dapat menghambat proses biokimia yang dapat menyebabkan kerusakan dan bahkan kematian sel. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kerusakan patologis akibat radiasi pengion pada sistem biologik manusia adalah besar dosis, lama/tidaknya terpapar radiasi serta tingkat radio sensisitif sel / jaringan. Efek patologis yang bergantung pada dosis dengan batasan tertentu atau dosis ambang disebut efek deterministik, contohnya adalah erytema pada kulit. Sedangkan pengaruh patologis yang timbul akibat dari adanya paparan radiasi disebut efek stokastik yang bergantung pada probabilitas tertentu yang tidak mengenal dosis ambang dan makin besar dosis yang diterima makin besar kemungkinan efek tersebut muncul. Efek ini biasanya muncul akibat kerusakan DNA yang tidak dapat diperbaiki, contohnya adalah kanker yang diinduksi oleh radiasi.

Resiko umum dan resiko kanker yang dapat timbul pada manusia akibat pemakaian energi nuklir dipandang sebagai makna resiko dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi resiko dipandang sebagai suatu konsep yang dapat diukur keboleh jadiannnya. Kuantitas resiko dapat dibandingkan dimana satu resiko dapat lebih kecil atau lebih besar dari resiko lain. Dalam pendekatan secara kuantitatif terhadap suatu resiko ada 2 karakteristik yang dinamakan:
a. probabilitas tiap-tiap kejadian yangdikawatirkan terjadi
b. konsekwensi dari masing-masingkejadian tersebut terjadi.

RESIKO TIMBULNYA KANKERPADA MANUSIA

Penginduksian kanker dianggap sebagai efek radiasi dosis rendah dan menengah pada populasi manusia. Oleh sebab itu sebagian besar penelitian biologi radiasi diarahkan terhadap radiokarsinogenosis. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang kemungkinan resiko radiasi dosis rendah pada populasi umum yang mungkin berasal dari lingkungan atau hasil dari pengobatan yang menggunakan radiasi pengion. Sumber informasi yang digunakan untuk mendapatkan data pada penelitian ini adalah,
  1. Pekerja radiasi
  2. Korban bom atom Jepang yang masih hidup
  3. Paparan medis
  4. Paparan akibat kecelakaan nuklir
  5. Penduduk di sekitar uji coba bom nuklir Leukemia merupakan kanker yang kemunculannya sangat erat dengan radiasi pengion. 
Hal ini disebabkan oleh pendeknya periode laten dan tingginya sensitivitas sel target terhadap radiasi. Penyakit ini lebih banyak ditemukan setelah penemuan radiasi. Insidensi leukemia ditemukan beberapa tahun setelah individu pada sejumlah populasi tersebut menerima radiasi. Dua kelompok masyarakat yang ditemukan menderita leukemogenesis adalah mereka yang selamat dari korban bom atom Jepang dan pasien ankylosing spondilitis di Inggris. Selanjutnya juga ditemukan efek leukemogenesis pada anak-anak yang menerima radiasi dosis rendah di Utah dan Nordic yang merupakan sebagai tempat ujicoba bom atom. Dari suatu penelitian yang dilakukan terhadap populasi wanita yang menerima radioterapi untuk pengobatan kanker servik ternyata probabilitas munculnya leukimia meningkat jika dosis radiasi yang diterima mancapai 4Gy, sedangkan apabila dosis lebih tinggi dari 4 Gy maka resiko munculnya leukemia menurun. Diduga pada dosis ini sel yang terkena radiasi telah mati. 
Suatu hasil studi menyatakan bahwa terjadinya peningkatan resiko kanker payudara setelah menerima paparan radiasi pada bagian dada. Studi tersebut dilakukan terhadap korban bom atom yang masih hidup, pasien paru-paru yang menerima pengobatan radiasi di Massachuset Amerika Serikat, pasien pospartum mastitis yang menerima pengobatan irradiasi, pasien tumor yang menerima radioterapi di Swedia,dan pasien Tubercolosis di Novascotia yang didiagnosis dengan fluoroscopi.

Kanker tiroid yang diinduksi oleh radiasi pengion berasal dari populasi pasien yang menerima pengobatan dengan radioterapi yang mengakibatkan tiroid menerima dosis radiasi yang relatif tinggi. 
Populasi yang dipelajari adalah :
  1. Bayi, anak-anak, atau remaja yang menerima pengobatan radioterapi pada bagian kepala, leher atau dada.
  2. Bayi yang menerima radiasi untuk pembesaran thymus.
  3. Anak-anak yang menerima pengobatan tinea capitis yakni iradiasi pada kulit kepala beserta rambut.
Neoplasma pada paru-paru ditemukan paling awal dan dianggap ada kaitannya dengan paparan radiasi. Saat ini kanker paru-paru merupakan salah satu kanker yang diinduksi oleh radiasi, dengan tingkat kematian yang relatif tinggi. Bagian tubuh yang paling sensitif terhadap radiasi dalam kaitannya dengan kanker paru-paru adalah bagian atas bronkhial. 

Sejumlah populasi yang dipelajari adalah korban bomatom yang masih hidup, pasien ankylospondylitis yang diobati dengan radiasi dan sejumlah kelompok pekerja tambang yang terpapar radiasi alfa terutama yang berasal dari turunan radon.

KANKER PADA PENDUDUK DISEKITAR INSTALASI NUKLIR

Adanya peningkatan insidensi kanker pada penduduk yang tinggal dekat instalasi nuklir khususnya reaktor nuklir telah lama menjadi perhatian pihak yang peduli terhadap keselamatan radiasi khususnya tentang munculnya penyakit kanker. Perhatian ini diwujudkan dengan cara membandingkan insidensi kanker antara penduduk yang tingal dengan instalasi nuklir dan instalasi non nuklir.

Penelitian ini tidak saja dilakukan dengan sekali survei namun dengan mengikuti perkembangannya dalam waktu yang relatif lama, dan mengembangkannya kepada parameter yang lain seperti tingkat insidensi, kematian akibat kanker dan SMR (Rasiomortalitas standar) dari suatu penyakit atau kecelakaan pada populasi tertentu yang spesifik dibanding dengan populasi standar, perbandingan didasarkan pada angka 100, misalnya SMR 200 berarti pada populasi yang diuji mortalitasnya 2 kali akibat suatu kasus tertentu di atas).

Suatu penelitian telah dilakukandalam memperlajari tingkat kematian akibat kanker pada penduduk yang tinggal disekitar 14 fasilitas nuklir dan 5 fasilitas nonnuklir di Inggris dan Wales. Dari studi ini tidak diperoleh adanya peningkatan SMR kanker pada penduduk yang tinggal disekitar instalasi nuklir. Kemudian dari tahun1959 - 1980, “United Kingdom Office of Population Cencuses and Survey” menemukan adanya korelasi secara statistik pada tingkat kematian akibat lymphoid, leukemia, dan kanker otak pada anak-anak serta kanker hati, paru-paru, Hodgkin, lymphoma, malignansi pada orang dewasa.

Namun pada penduduk yang tinggal pada kawasan kontrol (yang terus dimonitor oleh petugas keselamatan radiasi) tingkat kematiannya lebih rendah dari yang diharapkan muncul secara statistik. Selain itu juga diperoleh data dari penelitian di Amerika Serikat tentang adanya peningkatan kasus leukimia terutama pada orang dewasa. Peningkatan ini diduga dapat dikaitkan dengan faktor pekerjaan. Sedangkan dari penduduk yang tinggal di sekitar instalasi nuklir di Colorado dan California tidak menunjukkan dampak kanker yang meningkat. 

Dari data di atas terlihat bahwa adanya ketidakkonsistenan data yang diperoleh secara statistik tentang hubungan kanker dengan radiasi yang berasal instalasi nuklir. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena faktor yang berperan dalam menginduksi pertumbuhan/perkembangan kanker tidak hanya radiasi pengion tetapi merupakan suatu multi-faktor yang sangat komplek dan saling berinteraksi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu tersebut. Faktor yang berasal dari dalam seperti kebugaran, fisikologis dan segala aspek yang berhubungan dengan daya tahan tubuh. Sedangkan faktor luar seperti pola makan, lingkungan dan lain-lain.

KESIMPULAN

Penggunaan energi radiasi disamping menimbulkan manfaat bagi kemaslahatan umat manusia juga mempunyai dampak samping yaitu dapat menimbulkan dampak patologis bagi manusia. Dampak patologis yang ditimbulkan tidak saja bersifat deterministik tetapi juga bersifat stokastik. Penelitian tentang penginduksian kanker oleh radiasi dilakukan dengan studi pada populasi yang mempunyai latar belakang menerima dosis radiasi relatif tinggi baik sengaja maupun tidak sengaja. Penelitian yang lebih mendalam sangat perlu dilakukan untuk dapat mengungkapkan seberapa jauh sebenarnya hubungan antara insidensi kanker dengan instalasi nuklir.

DAFTAR PUSTAKA

  1. KUMAR,V., COTRAN,R.S., ROBBIN,S.L., Basic Pathology, 5th edition,W.B. Saunders Company, Philadellpia,pp 239 - 241, 1992.
  2. DENEKAMP., J. Ionizing Radiation, inOxford Text book of Pathology (ed),Volume 1, Principles Pathology,Oxford University Press, Oxford, pp 770- 777, 1992.
  3. COTRAN,R.S., KUMAR,V., ROBBIN,S.L., Robbins Pathologic Basis Desease,W.B.Saunders Company, Philadellpia,pp 504 - 511, 1989.
  4. MALFORM, B.L.T., Comprehending Radiation Risk, in Radiation and Society: Comprehending Radiation Risk, vol 1. IAEA, Vienna, pp 7 - 18,1994.
  5. DOLL,. R. Interpreting Epidemiological Result, in Radiation and Society:Comprehending Radiation Risk, vol 1.IAEA, Vienna, pp 61 - 70, 1994.
  6. ULLRICH,R.L., Radiation Carcino-genesis in Radiation Biology, CRCPress, Inc, Boca Raton, Florida, pp 112 -125, 1982.
  7. CLARKE., R.H. Problem in RadiationRisk Asessment, in Radiation andSociety: Comprehending RadiationRisk, Vol 1. IAEA, Vienna, pp 75 - 91,1994.
  8. BEIR, V., Health Effects of Exposure toLow Levels of Radiation, NationalResearch Council, pp 378 - 379, 1990.
Previous
Next Post »